KISAH SEBUAH MUSTIKA Oleh: IDRIS NAWAWI, TJA. Mungkin pembaca sudah sedikit paham tentang kisah seorang supranaturalis sakti yang punya sifat nyeleneh bernama, Ki Panjalu. Mengulas tentang sebuah mustika miliknya, mungkin Penulis disini tidak bisa menceritakan semuanya, disamping mustika yang beliau miliki ratusan macam jenis dan banyaknya, juga kisah dari perjalanan mustikanya sendiri tidak semua Penulis ketahui. Disini Penulis hanya punya beberapa kisah menarik seputar mendapatkan mustika berkhodam tinggi saat bersamanya sebelum beliau meninggal dunia. Nah, sebagai sajian kali ini Penulis akan membeberkan kisah seputar, mustika kencana wungu. Kisah ini terjadi disaat Penulis baru berusia 7 tahun. Konon pada saat itu Penulis dan kakak kandung diajak oleh sang kakek yang bernama, Abah Yusuf bersama kipanjalu asal dari daerah pati jawa tengah. Kakek dan kiPanjalu sendiri adalah sahabat karib sejak mereka berdua satu pesantren sewaktu berguru di kiHanan Babakan. Waktu itu Penulis masih sangat awam tentang perihal dunia supranatural dan Penulis hanya tahu, bahwa kakekku saat itu adalah seorang tabib desa dan juga sesepuh kampung yang sangat dihormati. Namun sayang sejak Penulis dilahirkan hingga mengerti akan luasnya alam dunia kakekku sudah menderita penyakit lumpuh, Beliau hanya bisa tiduran dikasur dan sama sekali tidak bisa berjalan walau sekalipun dengan alat Bantu. seperti tongkat dan sejenisnya. Namun yang menjadi aneh dalam pribadinya, siapapun tidak pernah tahu atau melihatnya, saat beliau membuang hajat/ pergi ke wc beliau melakukannya. Pada suatu hari disaat, kiPanjalu main kerumah, kakekku pernah mengeluh padanya tentang kakinya yang sama sekali tidak bisa berjalan, beliau memohon kepada kiPanjalu untuk mencari solusi agar kakinya bisa berjalan kembali. Lewat usulan kiPanjalu, kakekku harus dibawa kepuncak bukit angkeh, seputar daerah, Yogyakarta, karena disana ada salah satu sahabat kiPanjalu yang bernama, kyai Irsyad. Yang biasa menangani berbagai penyakit lumpuh dan patah tulang, namun untuk menjaga sang kakek, kiPanjalu meminta agar Penulis dan kakanda saat itu disuruh ikut menemaninya, entah maksud kiPanjalu apa hingga walau usiaku masih terlalu dini, namun Penulis tetap disuruh ikut dalam perjalanan yang sangat membahayakan ini. Malam itu juga kita semua berangkat dengan menyewa sebuah mobil tetangga. Namun untuk mencapai rumah, ki Irsyad, kita semua harus menyebrangi lautan luas dan pada waktu itu belum ada jasa perahu yang bisa mengantar kita semua sampai tujuan. Dengan perasan gundah gulana, sang kakek dan kiPanjalu mulai mencari jalan keluar untuk bisa menyebrangi lautan yang ada didepan kami pada saat itu, lama nian orang berdua ini berfikir dan pada akhirnya entah kenapa, mereka berdua tertawa terbahak bahak. Ya, sepertinya mereka menemukan jalan keluarnya. Lalu sang kakek diturunkan diatas pasir, bersamaan dengan itu keduanya duduk bersila, tiba tiba entah dari mana, seorang gadis jelita datang menghampiri kami, “ silahkan semua naik keperahuku” terang sang gadis sambil menunjuk perahu yang tiba tiba sudah ada didepan. Tanpa berfikir panjang semua masuk keperahu dan sang gadis mengantarkannya sampai tujuan. Dari situ kakekku dirawat inap selama lima hari dan sesudahnya diperbolehkan pulang. Seperti saat awal, disaat kami semua pulang, sang gadis yang sebelumnya mengantarkan kami, kini sudah menunggu ditepi laut untuk mengantarkan kami kembali ketempat semula. Namun sayang tiga bulan setelah dari sana (berobat) sang kakek meninggal dunia dan Penulis baru paham, bahwa, kakek sampai datang kepuncak bukit angkeh tak lain sekedar minta ijin, untuk memperkenalkan Penulis dan kakanda pada seluruh leluhur ahlul ghaib, bahwa, sang kakek minta yang terakhir kalinya agar para leluhur mau menjaga kami berdua. Sejak meninggalnya sang kakek, kiPanjalu tidak pernah datang lagi kerumah dan saat usiaku sudah menapaki dewasa, yaitu 25 tahun, suatu ketika disaat Penulis sedang berziaroh kemakam eyang buyut, kiDukuh jeruk, Brebes Jawa Tengah. Konon pada seat itu ditempat eyang buyut sudah ada satu orang yang datang terlebih duhulu dan saat kumasuk, kulihat orang ini sedang melantunkan sebuah kidung jawa dengan suara yang sangat keras. Diantara kidung yang terus dibaca berulang ulang kurang lebihnya; “ Tak tunggu wis tumibo, cucu Yusuf ing dados jodoh, wolulas tahun mangsa ing wis kerso” yang kurang lebih artinya, “ Yang kutunggu sudah datang, cucu dari Yusuf yang menjadi jodoh, delapan belas tahun sudah masa dimana kita dipertemukan kembali” Mungkin karena waktu itu pikiranku hanya terfokus kesatu tujuan, yaitu, berziaroh, jadi apapun yang ada ditempat tersebut kurang begitu dipikirkan. Baru disaat selesai dari berdzikir, Penulis dipanggil oleh orang tadi, “ apa kabarnya nak? Salam buat gurumu” dan sesudah itu, beliau melantunkan kembali kidung kidung berbahasa Jawa, manusia aneh, pikirku. Tiga bulan sejak pertemuan dengan orang aneh tadi, ternyata Penulis bertemu kembali dengannya disaat kita sama sama ziaroh dipesarean, Mbah Kuwu Cakra Buana, dimasjid agung sang cipta rasa cirebon. Dari sini keakraban kita mulai terjalin, beliau banyak memberi pemasukan tentang seputar ilmu supranatural, namun dasar manusia aneh, beliau tidak pernah serius dalam menanggapi segala permasalahan hidup, bahkan beliau ini terbilang seperti agak setengah gila. Nah, dari pertemuan ini beliau memberi satu buah batu berwarna ungu, “ Nak, kini sudah waktunya aku berikan semua mustika kepunyaan kakekmu, Abah Yusuf” lanjutnya; “ Aku ini panjalu yang dulu pernah membawamu kebukit, Angkeh bersama kakekmu, Abah Yusuf, ingatkah ! “ Ya, Penulis baru ingat, tapi kenapa sekarang Ki Panjalu punya sifat seperti orang setengah gila, terang bathinku. Dari situ Penulis diajak olehnya kesuatu tempat yang sampai sekarang, Penulis sendiri tidak pernah tahu tempat apa namanya. Yang jelas, Ki Panjalu disitu menyerahkan bermacam mustika, tepatnya dipinggir danau yang bernama, danau serimpi. Diantara nama mustika yang diberikan kepada Penulis antara lain; _ Mustika Kencana Wungu (manfaat) sebagai sarana berkomunikasi dengan bangsa gaib yang berada dialam dasar laut. Mustika ini milik dari anak ibu ratu laut Kidul, Nyimas Dewi Ayu Retno Kencana Wungu. _ Mustika merah delima (manfaat) sebagai daya charisma, keberuntungan, derajat, kerejekian, kesaktian, dll. Mustka ini milik dari, Sanghiyang, Tripadi. _ Mustika pyrus tampal (manfaat) sebagai sarana kehormatan, dengan kata lain, siapapun yang membawa sarana ini seluruh bangsa gaib akan menghormatinya. Mustika ini kepunyaan, prabu Siliwangi. _ Mustika badar besi (manfaat) sebagai sarana kesaktian dan tameng diri dari segala marabahaya bersifat bathiniyah. Mustika ini kepunyaan dari, prabu Siliwangi. _ Mustika pyrus Kembar (manfaat) sebagai sarana penderes rijki. Mustika ini milik dari, kiRofi’I, Indramayu. _ Mustika sawo kecik (manfaat) sebagai sarana derajat, mudah dalam suatu pemilihan kepemimpinan, menarik simpati jutaan manusia, dll. Mustika ini kepunyaan, kiTholha, kalisapu. _ Mustika pancawarna (manfaat) sebagai daya pengasih, mudah dalam bernbisnis, mudah nencari kepercaan, sarana penagih, dll. Mustika ini kepunyaan, kiAgeng Suta Wijaya, Gebang. _ Mustika tawon lanceng putih (manfaat) sebagai sarana daya pesona, kerejekian, mencerdaskan otak, penakluk binatang, dll. Mustika ini kepunyaan, kiAgeng Lawe, Gunung Ciremai. _ Mustika kembang tanjung (manfaat) sebagai sarana charisma, kedudukan dan bersifat tidak mau dikalahkan. Mustika ini kepunyaan, kiAgeng Lawe, Gunung Ciremai. _ Mustika kembang Wijaya kusuma (manfaat) sebagai sarana kelanggengan suatu tahta agar tidak bisa dijatuhkan oleh para lawannya. Mustika ini kepunyaan, Mbah Cakra Buana Cirebon. _ Mustika kemulyaan (manfaat) sebagai sarana penglaris, mudah dipercaya, mudah dalam menggapai cita dan keinginan, dll. Mustika ini kepunyaan, Mbah cakra Buana Cirebon. _ Mustika Bedor Besi (manfaat) sebagai sarana tameng diri dari berbagai marabahaya bersifat penyerangan ilmu bathin. Mustika ini kepunyaan, kiRifa’I, Ujung Semi. Nah, dari sini Penulis baru paham akan jati diri ilmu supranatural sesungguhnya, bahwa segala macam ilmu mistik tidak bisa dibuktikan hanya dengan, puasa dan tirakat maupun menjalani berbagai amalan saja, tapi semua harus ada jalan penunjang yang menjadikan setiap ilmu bisa dibuktikan kekuatannya, yaitu dengan adanya sarana mustika/ pusaka, pemberian dari bangsa gaib. Mengapa? Karena tidak semua mustika mengandung kekuatan, banyak mustika yang tidak berkhodam atau hanya sekedar suatu benda yang sama namun tidak mempunyai tuah sama sekali. Sedangkan mustika pemberian gaib adalah, suatu ikatan antara manusia dengan dimensi alam lain yang saling membantu satu sama lainnya, sehingga dengan wasilah ini apapun bentuk ilmu mistik bisa dibuktikan karena bantuan yang tersalur dari khodam tadi, sehingga dengan kedekatan kita yang terus terjalin akan membuahkan satu kemudahan dalam melaksanakan segala ilmu yang kita inginkan. Namun bagi para pecinta mistik sekalian, walau pada kenyataan perjalanan ilmu supranatural seperti ini adanya, tapi jangan dulu berputus asa, sebab dibalik tirakat yang pernah anda lakukan semua akan menjadi buah keberhasilan dikemudian hari. Sebab satu kali saja kita pernah melakukan sebuah tirakat/ puasa, Alloh SWT, akan mengutus 100 ahli gaib untuk menjaga anda seumur hidup, hanya saja cara ini tidak bisa dibuktikan karena basyaroh / mata bathin kita belum begitu sempurna untuk melihat secara langsung mahluk gaib yang selama ini menjadi sebuah fenomena alam. Sebagai kuncinya, tingkatkan kualitas ibadah kita secara istikomah dan jauhi segala hayalan tatkala sedang menjalankan dzikiran, karena semua ini adalah hambatan bagi semua ahli supranatural, dan bila anda sekalian mampu, belajarlah untuk tidak mengharap apapun juga dalam menjalankan segala aktifitas ibadah, karena akan menjadikan kita kearah kekufuran, yaitu, dengan tercetusnya sebuah hayalan negatif, kita semua akan mudah mempercai segala apapun yang dijanjikan oleh bangsa gaib bersifat sesat, seperti, yang menjanjikan sebuah harta karun, dana gaib dan lain sebagainya. Nah, agar kita semua terhindar dari bangsa gaib yang kurang menguntungkan menyesatkan, Penulis akan memberi tips ringan,yaitu, sebelum kita memulai suatu wiridan, bacalah dulu, istigfar (astagfirullohal adziim) dan solawat nabi (Allohumma solli ‘Ala saiyidina Muhammad) seikhlasnya. Sebab dari dua kalimat ini, Alloh SWT akan menjaga kita semua dari segala gangguan dan marabahaya dan yang terpenting, siapapun yang secara istikomah membaca kedua kalimat tadi, Alloh SWT, akan memberikan hidup makmur dan selamat dunia akherat. Semoga dengan berakhirnya kisah seputar mustika yang kami tulis, ada suatu hikmah yang bisa kita petik akan manfaatnya, amin yarobbal alamiin.